Masjid Niujie. Inilah masjid tertua di Beijing, China. Setiap Idul
Fitri, masjid yang terletak di Distrik Xicheng ini selalu ramai dikunjungi umat
muslim untuk melaksanakan salat Id.
Penduduk Beijing yang beragama Islam, baik pria, wanita,
anak-anak, maupun orang dewasa, kecuali yang berhalangan, tak mau melewatkan
salat Id di masjid ini. Mereka merasa bangga bisa menunaikan salat Id di masjid
legendaris mereka.
Setiap akhir Ramadan, muslim Beijing memang selalu memulai
aktivitas lebih awal. Sejak subuh, mereka sudah mandi. Mengenakan baju terbaik
dan wewangian, mereka berduyun-duyun ke masjid ini.
Sejak pagi, umat muslim sudah berjubel di gerbang Masjid
Niujie. Mereka mengantre untuk bisa masuk ke dalam masjid berukuran enam ratus
meter persegi ini. Tertib. Kaum perempuan menenteng mukena, yang pria
mengenakan peci putih di kepala.
Di dalam, jamaah pun berjubel. Sehingga, masjid yang
berukuran enam ratus meter persegi ini tak lagi mampu menampung jamaah.
Akibatnya, umat muslim harus melaksanakan salat di halaman masjid ini.
Saking penuhnya masjid ini, beberapa di antaranya ada yang
tidak kebagian tempat. Tahun lalu, sekitar 2.500 muslim salat Id di masjid
terbesar di Beijing dengan sejarah panjang tersebut.
Masjid Niujie memang seolah menjadi masjid keramat bagi
muslim Beijing. Cikal bakal masjid ini dibangun tahun 996 oleh Nasruddin, putra
ulama Arab yang datang ke China untuk berdakwah saat kekuasaan Dinasti Song.
Masjid ini direnovasi besar-besaran pada 1442. Kemudian pada 1949 masjid ini
kembali didekor dan dicat ulang.
Jangan dibayangkan seperti masjid di Timur Tengah maupun di
Indonesia yang pada umumnya berkubah. Kalau baru datang sekali, mungkin masjid
ini akan dikira kelenteng, atau setidaknya rumah warga biasa.
Bangunan Masjid Niujie ini simetris. Bangunan utama,
termasuk menara, dibangun dengan gaya China. Demikian pula dengan arsitektur
tempat salat dan ornamen-ornamen, sangat kental gaya setempat.
Kaligrafi-kaligrafi tergores indah di dinding dan tiang masjid yang didominasi
warga merah mencolok, khas budaya China.
Masjid ini juga penuh dengan peninggalan sejarah. Lihat
saja, tugu peringatan tempat menuliskan prasasti yang dibangun zaman Dinasti
Ming [1368-1644] masih tegak berdiri. Demikian juga pelat tembaga dari masa
Dinasti Qing [1644-1911], masih terawat dengan baik di masjid ini.
Dari dulu, masjid ini memang telah ramai digunakan oleh umat
muslim di Beijing. Namun, sekarang tempat ibadah itu tak seluas dulu. Sekarang
di sekitar masjid ini sudah berjubel rumah-rumah warga.
(Dari berbagai sumber)
※ Ya Allah... semoga
yang membaca artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin
¤ Salam sayang buat istri & anak tercinta :
‘Siti Nurjanah & Rachmad Hidayatullah’