Kuno. Inilah kesan dari Masjid
Al Makmur. Pintu-pintunya terlihat lawas. Dibuat lebar, khas bangunan masa
penjajahan Belanda. Ornamen-ornamen batu di tembok bagian bawah menegaskan
tanda bahwa masjid ini dibangun pada zaman
kolonial.
Meski tua, bangunan yang sohor dengan nama Masjid Cikini itu masih bugar. Masjid
yang terletak di Jalan Raden Saleh,
Jakarta Pusat, ini masih dipakai umat muslim untuk beribadah. Lima belas
tahun silam, masjid ini dimasukkan dalam kategori benda cagar budaya.
Masjid Cikini memang punya sejarah panjang. Satu
setengah abad silam, masjid ini hanya berupa langgar. Bangunan mungil di sudut
pekarangan pelukis kondang, Raden Saleh. Kala itu, bahan bangunannya hanya dari
kayu dan berdinding anyaman bambu.
Pada 1864, kebun Raden Saleh dijual kepada Sayed Abdullah
Bin Alwi Alatas. Tiga puluh tahun berselang, tokoh gerakan Pan Islam itu
menjual lahan tersebut kepada yayasan Belanda, Vereeniging
voor Ziekenverpleging. Yayasan ini kemudian membangun klinik yang
sekarang dikenal dengan nama Rumah Sakit Cikini.
Seperempat abad kemudian, keberadaan surau itu mulai disoal.
Pengelola rumah sakit tak berkenan. Mereka meminta langgar itu dirobohkan.
Namun, umat muslim di sekitarnya keberatan. Dengan beramai-ramai, digotonglah
langgar itu menjauh ke sebelah timur. Di tepian Kali Ciliwung.
Surau sudah digotong menjauh. Namun tiga puluh tahun
kemudian Belanda masih saja gerah. Mau tidak mau, langgar itu harus dibongkar.
Namun masyarakat sekitar berang. Mereka dengan gigih menentang.
Saat itulah sejumlah tokoh Islam tampil ke depan. HOS Tjokroaminoto, KH Mas Mansyur, H Agus
Salim, dan Abikoesno Tjokrosoeyoso, bersuara lantang. Menolak pembongkaran
tempat ibadah itu. Dan Belanda pun ternyata ciut nyali. Surau itu tetap berdiri.
Pada 1926, musala itu dipugar. Di bawah komando H Agus
Salim, warga bergotong-royong melakukan perbaikan. Tempat ibadah itu baru
selesai dikerjakan pada tahun tiga puluhan. Berubahlah surau mungil itu menjadi
masjid.
Berpuluh-puluh tahun kemudian, tanah masjid itu menjadi
sengketa beberapa pihak. Setelah jatuh bangun, akhirnya pada 1991, Wiyogo Admodarminto, yang kala itu
menjadi Gubernur DKI, mengumumkan tanah itu dikembalikan kepada umat Islam.
Tanah dan masjid dibuatkan sertifikat atas nama Yayasan Masjid Al Ma'mur.
Dua tahun kemudian, izin mendirikan bangunan dikeluarkan
pemerintah. Pengelola yayasan pun membangun sekolah berlantai dua untuk
menggantikan sekolah lama. Sekolah baru itu sekarang berdiri megah. Menjadi
menimba ilmu generasi muda, mulai tingkat Taman Kanak-kanak hingga SLTA.
Masjid Al Makmur pun kini tak sendiri. Sebuah duplikat
Masjid Cikini dibangun di sebelah dengan arsitektur yang modern dan lebih luas.
Namun masjid duplikasi itu tak difungsikan setiap hari. Pusat kegiatan masih
dilakukan pada Masjid Cikini yang asli, termasuk saat salat Jumat.
(Dari berbagai sumber)
※ Ya Allah... semoga
yang membaca artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin
¤ Salam sayang buat istri & anak tercinta :
‘Siti Nurjanah &
Rachmad Hidayatullah’