Masjid Al Aqsa. Nama itu mirip dengan masjid legendaris di Yerusalem.
Masjid yang menjadi awal mi’raj Nabi Muhammad SAW. Namun ini bukan masjid yang
sama. Letaknya di Pulau Jawa. Tepatnya di Kudus, Jawa Tengah. Masjid ini lebih
dikenal dengan nama Masjid Menara Kudus.
Masjid ini dibangun oleh Sunan
Kudus pada tahun 1549 Masehi.
Nama Al Aqsa disematkan karena adanya
batu di atas mihrab atau tempat imam, yang konon berasal dari Baitul Maqdis, Palestina.
Batu itu berukuran 41
sentimeter kali 23,5 sentimeter. Ornamen huruf Arab tertera di atas batu
tersebut. Dari kata Baitul Maqdis itu
pula asal-muasal nama Kota Kudus, yang berarti suci, diduga berasal.
Salah satu versi menyebut batu itu diperoleh oleh Sunan Kudus saat berkunjung ke Masjidil Aqsa, Palestina. Batu dari Baitul Maqdis itu dibawa sebagai kenang-kenangan
dan diletakkan di Masjid Menara Kudus
ini.
Sunan Kudus memang merupakan keturunan Sultan Palestina. Ayahnya, Sunan Ngudung, merupakan putra Sultan di Palestina, Sayyid Fadhal Ali Murtazha. Keluarga ini
kemudian hijrah ke Jawa pada zaman Kerajaan Majapahit.
Versi lain menyebut batu itu diambil saat Sunan Kudus berhaji di Mekah, Arab Saudi. Kala itu, sunan bernama asli Sayyid Ja'far Shadiq Azmatkhan itu mendengar di wilayah Palestina
terjadi wabah penyakit. Banyak tabib tak mampu mengobati warga yang terjangkit
penyakit itu.
Datanglah Sunan Kudus
ke wilayah wabah itu. Sang penguasa menjanjikan hadiah apapun untuk siapa pun
yang dapat menyembuhkan penyakit akibat wabah itu. Meski awalnya diragukan
kemampuannya, Sunan Kudus berhasil
mengobati penyakit itu dengan berdoa kepada Allah.
Atas keberhasilan itu, sang penguasa menepati janjinya.
Berbagai hadiah ditawarkan. Namun Sunan Kudus menolak dan malah memilih meminta
batu dari Baitul Maqdis. Entah versi mana yang benar, yang jelas masyarakat
yakin batu itu benar-benar berasal dari Baitul
Maqdis.
Masjid Menara Kudus ini mencerminkan cara dakwah Sunan
Kudus. Semasa hidup, Sunan Kudus dikenal memiliki cara yang bijaksana. Di
antaranya, adaptasi ajaran Islam terhadap budaya masyarakat yang kala itu
mayoritas memeluk Hindu dan Budha. Adaptasi budaya itu hingga kini bisa dilihat
pada masjid ini.
Lihatlah menara masjid itu. Bangunan yang terbuat dari batu
bata merah itu disusun dan diukir mirip dengan candi yang banyak ditemukan
dalam kebudayaan Hindu maupun Buddha. Pada bagian puncak, beratap susun. Mirip
bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang merujuk pada unsur
arsitektur Jawa-Hindu.
Hingga kini, menara itu masih gagah, menjulang setinggi 18
meter dan kokoh pada pondasi berukuran sepuluh kali sepuluh meter. Selain itu,
di masjid yang menjadi kompleks makam Sunan
Kudus ini juga terdapat pula sejumlah gerbang yang juga mirip candi-candi
zaman Kerajaan Majapahit.
※
Ya Allah... semoga yang membaca artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin
¤ Salam sayang buat istri & anak tercinta :
‘Siti Nurjanah &
Rachmad Hidayatullah’