Masjid ini dulu bernama Masjid Agung
Bandung. Tak hanya nama. Bentuk masjid pun juga beberapa kali berubah. Semula
kental dengan ciri khas bangunan Sunda. Setelah bersolek masjid itu berwajah
Arab.
Cikal
bakal masjid ini dibangun dua abad silam. Sejak berdiri hingga kini telah
mengalami delapan perombakan pada abad ke-19 dan lima kali pada abad
berikutnya. Masjid itu terakhir kali direnovasi pada 2001 dan diresmikan 4 Juni
2003.
Cikal bakal masjid ini dibangun pada
1810. Masjid Agung
Bandung dibangun bersamaan dengan dipindahkannya pusat Kota Bandung dari
Krapyak, sekitar sepuluh kilometer selatan kota Bandung ke pusat kota yang
sekarang.
Masjid
ini pada awalnya dibangun dengan bentuk bangunan panggung tradisional yang
sederhana. Tiang-tiangnya terbuat dari kayu dengan dinding anyaman bambu.
Atapnya pun terbuat dari rumbia dan dilengkapi sebuah kolam besar sebagai
tempat mengambil air wudu.
Pada
tahun 1826 dilakukan perombakkan bangunan masjid dengan mengganti dinding bilik
bambu serta atapnya dengan bahan dari kayu. Perombakan dilakukan lagi tahun
1850 seiring pembangunan Jalan Groote Postweg atau yang kini disebut Jalan Asia
Afrika. Masjid diperluas atas instruksi Bupati R.A Wiranatakusumah IV. Atap
diganti dengan genteng, dinding dibuat dari batu bata.
Masjid
Agung Bandung 1852
Hasil
renovasi tahun 1850 itu sangat megah pada zamannya. Sampai-sampai diabadikan
dalam kanvas oleh pelukis Inggris, W Spreat pada tahun 1852. Dari lukisan
tersebut, terlihat atap limas besar bersusun tiga tinggi menjulang dan
mayarakat menyebutnya dengan sebutan bale nyungcung.
Seperempat
abad berselang, masjid ini kembali dirombak. Pada 1875 itu, dilakukan
penambahan pondasi dan pagar tembok yang mengelilingi masjid. Masyarakat
setempat kemudian menjadikan masjid ini sebagai pusat kegiatan keagamaan. Mulai
kajian agama hingga pernikahan.
Masjid
Agung Bandung 1929
Sehingga
pada tahun 1900 sejumlah bagian ditambahkan. Kala itu dibangunlah mihrab dan
pawestren atau teras di samping kiri dan kanan. Pada 1930, perombakan kembali
dilakukan dengan membangun pendopo sebagai teras masjid serta pembangunan dua
buah menara pada kiri dan kanan masjid.
Dua
menara itu di bagian pucuknya sama dengan bagian atap masjid. Konon bentuk
seperti ini merupakan bentuk terakhir Masjid Agung Bandung dengan kekhasan atap
berbentuk nyungcung.
Masjid
Agung Bandung 1955
Perombakan
besar-besaran terjadi menjelang konfrensi Asia Afrika tahun 1955. Berdasar
rancangan Sukarno, yang kala itu menjabat sebagai Presiden Indonesia, masjid
ini dirombak total. Di antaranya kubah yang berbentuk nyuncung diubah menjadi
kubah persegi empat bergaya Timur Tengah, bentuknya seperti bawang.
Selain
itu, menara di kiri dan kanan masjid serta pawestren berikut teras depan
dibongkar. Sehingga masjid terdiri dari sebuah ruangan besar dengan halaman
yang sangat sempit. Masjid Agung Bandung dengan wajah baru ini digunakan untuk
salat para tamu peserta KAA.
Kubah berbentuk bawang rancangan
Sukarno hanya bertahan sekitar 15 tahun. Kubah itu rusak karena dihajar angin kencang dan
kemudian diperbaiki pada 1967. Kubah bawang itu akhirnya diganti dengan kubah
baru pada tahun 1970.
Pada
1973, Gubernur Jabar mengeluarkan Surat Keputusan untuk melakukan perombakan
besar. Lantai masjid diperluas dan dibuat bertingkat. Basement dibangun sebagai
tempat wudlu. Di depan masjid dibangun menara baru dengan ornamen logam
berbentuk bulat seperti bawang dan atap kubah masjid berbentuk Joglo.
Masjid
Raya Bandung sekarang
Perubahan
total terjadi lagi pada tahun 2001 sebagai bagian dari rencana penataan ulang
Alun-alun Bandung. Dalam perencanaan itu penataan Masjid Agung dan alun-alun
menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Proses peletakan batu pertama
dilakukan tanggal 25 Februari 2001. Pembangunan kembali masjid ini memerlukan
waktu 829 hari atau 2 tahun 99 hari, sejak peletakan batu pertama hingga
diresmikan tanggal 4 Juni 2003 oleh Gubernur Jawa Barat H.R. Nuriana. Masjid
baru ini didesain empat perancang kondang dari Bandung, yaitu Ir. H. Keulman,
Ir. H. Arie Atmadibrata, Ir. H. Nu’man, dan Prof. Dr. Slamet Wirasonjaya.
Secara
seluruhan proses pembangunan dan penataan ulang kawasan alun-alun dan masjid
Agung Bandung selesai pada 13 Januari 2006. Nama Masjid Agung Bandung berubah
nama menjadi Masjid Raya Bandung Provinsi
Jawa Barat.
Kini,
Masjid Agung itu tampil megah. Masjid ini punya kubah besar di tengah-tengah
bangunan utama. Di bagian kanan dan kirinya terdapat kubah yang relatif lebih
kecil. Masjid itu juga punya dua menara yang menjulang 81 meter yang selalu
dibuka untuk umum setiap Sabtu dan Minggu.
Luas bangunan pun bertambah, kini
mencapai 8.575 meter persegi, sedangkan tanahnya seluas 23.448 meter persegi.
Masjid yang berlokasi di dekat Jalan Asia Afrika itu sekarang dapat menampung
sekitar 13.000 jamaah.
(Dari berbagai sumber)
※ Ya Allah... semoga
yang membaca artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin
¤ Salam sayang buat istri & anak tercinta :
‘Siti Nurjanah &
Rachmad Hidayatullah’