kemegahanmasjid.blogspot.com © Masjid ini tak hanya menjadi simbol
masuknya Islam ke Gorontalo, tetapi juga memiliki kisah 'romantika' masa lalu
yang selalu dijaga dari generasi ke generasi.
Berada di Kelurahan Biawu, Kecamatan Kota Selatan, Provinsi
Gorontalo, Masjid Hunto berdiri kokoh persis menghadap sebuah persimpangan
jalan yang arus lalu lintasnya cukup ramai.
Masjid Hunto dibangun pada tahun 1495 Masehi atau 899 Hijriah.
Kala itu struktur bangunannya hanya berukuran 12x12 meter. Namun setelah
berkali-kali direnovasi kini luasnya menjadi 17x12 meter dengan tambahan ruang
salat bagi jemaah perempuan.
Keempat tiang masjid semula terbuat dari kayu kelapa. Namun saat
ini seluruhnya telah diganti menjadi beton. Meski telah direnovasi, pengelola masjid secara turun-temurun
berupaya tetap mempertahankan bentuk dan ukuran bangunan utama masjid.
Masjid Hunto menyimpan banyak cerita menarik di balik
pembangunannya. Masjid ini tak hanya menjadi simbol masuknya Islam ke
Gorontalo, tetapi juga memiliki kisah 'romantika' masa lalu yang selalu dijaga
dari generasi ke generasi.
Dikisahkan, dahulu Masjid Hunto merupakan 'mahar' pinangan Sultan
Gorontalo. Saat itu, Sultan Amai ingin mempersunting seorang putri bernama Boki
Autango, anak dari Raja Palasa yang memerintah di Moutong, daerah perbatasan
antara Gorontalo dan Sulawesi Tengah.
Raja Palasa yang merupakan seorang Muslim kemudian mengajukan dua
syarat agar pinangan tersebut diterima, yakni Sultan Amai harus memeluk agama
Islam dan membangun sebuah masjid di Gorontalo sebagai mahar pernikahan.
Pada masa itu, Raja Amai dan seluruh rakyatnya memang masih
menganut animisme. Tak pikir panjang, syarat tersebut pun langsung dipehuni
Sultan Amai.
Sang Raja mengucapkan dua kalimat syahadat dibantu oleh seorang
ulama bernama Maulana Syekh Syarif Abdul Aziz, yang didatangkan langsung dari
tanah Arab demi membantu masuknya Islam ke daerah Amai.
Sejak saat itulah gelar Sultan diberikan pertama kali kepada Raja
Amai. Pasca hijrahnya sang raja menjadi Muslim, seluruh rakyat yang dipimpinnya
pun turut memeluk Islam.
Kemudian, Sultan Amai membangun sebuah masjid dan memberinya nama
Hunto. Nama Hunto berasal dari kata Ilohuntungo yang berarti 'basis atau pusat
perkumpulan dan penyebaran Islam'.
Setelah Masjid Hunto berdiri, sang sultan pun akhirnya dapat
menikahi Putri Raja Palasa dengan menggelar pesta tujuh hari tujuh malam.
Seluruh rakyat menyambut pernikahan dengan mengikrarkan sebuah janji atau
sumpah yang berbunyi 'bolo yingo yingondiyolo monga boyi' yang berarti 'hari
ini hari terakhir makan babi'.
Sejak saat itu, Masjid Hunto menjadi pusat keagamaan bagi
masyarakat setempat. Kisah romantika Sultan Amai dan Putri Raja Palasa pun
terus menjadi bagian yang terpisahkan dari masjid ini sampai sekarang.
Kini, Masjid Hunto telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh
Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo karena masih terdapat beberapa
peninggalan bersejarah di dalamnya.
Masjid Hunto terus berfungsi aktif sebagai pusat dakwah bagi umat
Muslim Gorontalo sampai saat ini. Tak hanya digunakan untuk salat, masjid ini
juga kerap dijadikan tempat melangsungkan berbagai kegiatan syiar seperti
pengajian Al-Quran, pengajian Kitab Kuning, hingga buka puasa bersama saat
bulan Ramadan.
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin
¤ Salam sayang untuk isteri tercinta ... Siti Nurjanah.