kemegahanmasjid.blogspot.com
© Masjid yang didirikan pada
tahun 1.742 Masehi oleh Kyai Ageng Muhammad Besari ini menjadi saksi bisu
beberapa tokoh nusantara menimba ilmu agama seperti R Ng Ronggowarsito hingga
HOS Cokroaminoto.
Masjid
itu masih berdiri dengan ornamen khas bangunan Jawa lama. Letaknya agak jauh
dari pusat kota Ponorogo sekitar 10 Kilometer ke arah selatan. Lebih tepatnya terletak
di Dusun Gendol, Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa
Timur.
Sekilas,
Masjid Tegalsari memiliki wajah seperti Masjid Demak dengan atap bersusun tiga.
Tetapi usianya lebih muda ketimbang masjid peninggalan Raden Patah dan Walisongo
itu. Jika Masjid Demak dibangun pada tahun 1.466 Masehi, Masjid Tegalsari
dibangun pada tahun 1.742 Masehi.
Pendirian
masjid ini diprakarsai oleh Kyai Ageng Muhammad Bashari. Kata 'Bashari' dalam
nama tersebut lebih dikenal dengan Besari. Ia merupakan ulama yang menyebarkan
Islam pertama kali di Bumi Reog tersebut.
Dari
segi bangunan, masjid ini berdiri dengan ditopang beberapa tiang penyangga
terbuat dari kayu Jati. Antara satu tiang dengan tiang lainnya terhubung dengan
kayu, tanpa paku.
Di
bagian luar, terdapat teras dengan beberapa anak tangga. Meski ada sedikit
perubahan, di sisi muka masjid masih terdapat batu pijak peninggalan kebudayaan
Majapahit. Hal ini dimaksudkan sebagai penanda perubahan kepercayaan dari
animisme ke Islam.
Mungkin,
bagi sebagian kalangan masjid ini hanya dilihat sebagai tempat ibadah biasa.
Tetapi, masjid ini ternyata merupakan saksi bisu beberapa tokoh Nusantara
menimba ilmu agama. Beberapa tokoh itu antara lain Raja Surakarta Sunan
Pakubuwono II, Pujangga Keraton Raden Ngabehi Ronggowarsito, hingga tokoh
pergerakan Hadji Oemar Said (HOS) Cokroaminoto.
Masjid
Tegalsari memang cukup terkenal sebagai tempat menimba ilmu agama. Dari masjid
ini pula, sebuah pesantren yang terkenal di Indonesia, Gontor, berdiri. Para
pendirinya merupakan keturunan dari Kyai Ageng Muhammad Besari.
Sayangnya,
saat ini aktivitas mengaji di masjid ini tidak seramai kala dulu. Masjid
bersejarah ini saat ini hanya dikelola oleh ratusan santri, yang pada masa
jayanya masjid ini menjadi pusat aktivitas keagamaan masyarakat Ponorogo.
※ Ya Allah... semoga
yang membaca artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin
Salam sayang buat istri & anak tercinta :
"Siti Nurjanah & Rachmad Hidayatullah"