kemegahanmasjid.blogspot.com © Masjid Hidayatullah hadir
sebagai penyejuk di tengah riuhnya kegiatan manusia mencari rezeki.
Lantunan azan Zuhur baru saja menggema di udara.
Orang-orang sejenak berhenti, mengistirahatkan diri dari aktivitas kerjanya.
Karyawan, pekerja bangunan, dan masyarakat secara beriringan berjalan menuju
asal suara azan itu.
Suara azan itu berasal dari balik sebuah gedung pencakar
langit, satu gedung di sebelah barat bernama Sampoerna Strategic dan sisi
timurnya ada gedung Standart Chartered. Sampai di jalan yang terbelah di antara
kedua gedung itupun, bangunan asal suara itu tetap tak terlihat. Hanya terlihat
rerimbunan pepohonan.
Memasuki sebuah belokan kecil, barulah diketahui bangunan
itu adalah masjid. Di gapura masuknya tertulis: Masjid Hidayatullah.
Barisan orang-orang yang datang menuju masjid tadi
menyempatkan diri menitipkan alas kaki mereka. Penitipan itu tampak jelas dari
jalan. Sementara mereka yang datang menggunakan kendaraan sibuk memarkir
kendaraannya di halaman dan luar kompleks masjid.
Awalnya, tak ada yang akan menyangka bangunan ini
merupakan situs sejarah. Pasalnya dari depan yang terlihat adalah bangunan
tambahan hasil renovasi di tahun 1998. Tahun di mana Indonesia sedang mengalami
krisis moneter besar-besaran.
Muhammad Thohir, pengelola Masjid Hidayatullah,
mengatakan aneh rasanya membangun sebuah masjid saat krisis. Tapi, pihak masjid
tetap melaksanakan pembangunan itu. "Ada cemooh dari warga. Tapi, kita
harus tetap jalan soalnya ini dana umat," jelasnya.
Ini bukan kali pertama masjid itu mengalami tekanan.
Thohir mengingat, sekitar tahun 1985, masjid ini pernah akan 'dipindahkan' oleh
pihak pengembang. Keluarga Thohir konon ditawari uang Rp16 miliar, namun
ditolak. Niatan memindahkan itu akhirnya batal.
Puncak konflik terjadi di tahun 1989-an. Pihak pengembang
yang disewa oleh salah satu bank swasta nasional, mendatangkan tiga truk preman
untuk melakukan intimidasi. Jemaah yang tidak terima sempat terpancing.
Pasalnya jemaah Masjid Hidayatullah yakin jika masjid itu adalah wakaf dari
Muhammad Yusuf. Muhammad Yusuf merupakan seorang Betawi, blasteran Bugis dan
Tionghoa yang jadi tangan kanan seorang Belanda. Akibatnya, bentrokan fisik
antara jemaah dan preman-preman sewaan itu sempat terjadi.
"Mereka (preman-preman itu) menggunakan parang,
linggis, pentungan, dan sebagainya. Padahal kita hanya menggunakan batu atau
balok," ungkap Thohir dengan mata menerawang. Tetapi, konflik
mempertahankan masjid itu berakhir dengan damai. Masjid itu dijamin
keberadaannya oleh ABRI, Pemda, dan ulama se-Jakarta.
Belakangan baru ketahuan, ternyata pihak pengelola masjid
di masa itu bermain dengan pihak pengembang. Meskipun sekarang keadaan sudah
tenang, masih ada kekhawatiran yang dirasakan Thohir. "Rongrongan dari
pengembang itu masih hingga sekarang," katanya sambil memberi senyum.
Masjid Hidayatullah kini ibarat menjadi oase di tengah
gedung-gedung pencakar langit. Masjid tersebut tidak hanya berguna sebagai
tempat ibadah semata.
Beberapa pekerja menjadikan tempat itu untuk
beristirahat. Mereka biasanya mengistirahatkan diri seusai salat. Menurut
Thohir, mereka yang ingin beristirahat disediakan ruangan tersendiri. "Bangunan
utama khusus untuk yang beribadah. Bagi yang ingin beristirahat, silahkan tidur
di aula, atau lantai dua," jelas generasi ketiga pengelola Masjid
Hidayatullah.
Bangunan utama masjid ini selain memang khusus untuk
beribadah juga menyimpan sejarah tersendiri. Menurut Thohir, masjid itu ketika
berdiri di tahun 1747 berbentuk panggung. Tetapi mengalami renovasi. Konon
tahun berdirinya masjid itu diketahui setelah Dinas Purbakala Kota Jakarta
melakukan penelitian di area mimbar masjid. Di sana tertera angka 1747 dalam bahasa
Melayu-Arab kuno.
Renovasi Masjid Hidayatullah terjadi empat kali. Pertama
di tahun 1921. Setelah itu di tahun 1948 ada penambahan porselen. Setelah itu
di tahun 1972, ada penambahan eternit. Di tahun 1983 terjadi perluasan
bangunan.
"Yang terakhir di tahun 1998. Ada penambahan menara
masjid," jelasnya. Ukuran masjid ini pun makin lama semakin menyempit.
Dulunya masjid ini berukuran 3.000 meter persegi. Tetapi, di tahun 1972 ada
tanah masjid yang diwakafkan untuk pelebaran Kali Krukut sebesar 600 meter persegi.
"Pewakafan yang terakhir untuk akses jalan masuk
sebesar 800-an meter persegi. Ini kami lakukan untuk menengahi konflik dengan
pengembang," jelasnya. Kini lebar Masjid Hidayatullah tinggal tersisa
1.500 meter persegi. Meskipun ukuran tak seberapa, masjid ini adalah tetap
menawarkan ketentraman batin bagi mereka yang datang.
※ Ya Allah...
semoga yang membaca artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin
Salam sayang buat istri tercinta :