Masjid itu terletak 1.700
meter di bawah permukaan tanah.
Cahaya merah sudah mencapai
ufuk timur. Beberapa orang berkeringat melepas rompi yang dikenakannya, yang
lain sibuk mencopot helm bersenter yang digunakannya, sebagian lain melepas
sepatu bot yang dipenuhi lumpur. Mereka bersiap mengambil air wudhu.
Usai mengambil wudhu sebagian ada yang bercakap-cakap. Ada pula yang melepaskan lelah dengan duduk-duduk di lantai karpet berwarna biru. Tembok setinggi dua meter berwarna kuning menjadi penghias.
Tak lama kemudian azan
mulai menggema. Suaranya memantul di antara dinding-dinding batuan yang telah
diratakan dengan semen. Meski begitu tampak sederhana, ada beberapa baut
penahan dinding yang dipasang untuk menghindari robohnya atap.
Beberapa orang yang tadi
sedang duduk akan merasakan gema suara itu memenuhi setiap sudut ruangan. Bak
berada di dalam gua, suara azan itu memantul bersahut-sahutan.
Itulah gambaran sederhana
dari masjid Jami' Baabul Munawwar. Masjid yang terletak 1,7 kilometer dari
permukaan tanah itu dibangun di areal tambang bawah tanah di kawasan
Tembagapura, Timika, Papua. Meski berada di perut bumi, masjid itu mampu
menampung 250 jemaah.
Masjid itu sendiri bisa
dicapai melalui terowongan di pintu Ali Boediardjo. Ali Boediarjo merupakan
nama Presiden Direktur PT Freeport yang pertama. Bagi para jemaah yang belum
terbiasa mengunjungi masjid ini kewaspadaan harus diperhatikan. Sebab, kadar
oksigen di tempat ini tipis. Hal itu akan sedikit membuat kepala terasa pusing
dan pernafasan agak tersengal-sengal.
Meski oksigen di lokasi ini
sangat tipis, masjid ini tetap memiliki udara bersih. Rupanya ada sebuah
teknologi canggih yang sengaja dipasang untuk memurnikan udara di bawah tanah.
Selain teknologi pemurni udara, ada pula kipas penyedot udara (exhaust fan) yang
berfungsi menyedot udara kotor keluar dari lokasi itu.
Masjid ini diresmikan pada
awal Juni 2015. Arsiteknya adalah Alexander Mone dan struktur pembangunannya
dikerjakan Andrew Parhusip.
Lebih uniknya lagi, di
samping masjid ini juga berdiri sebuah gereja bernama Gereja Oikumene Soteria.
Masjid dan gereja ini membuktikan jika toleransi bisa terasa hangat
berdampingan hingga ke perut bumi.
※ Ya Allah... semoga yang membaca artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya… Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan... Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya… Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah… Yang laki2 entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid… Bahagiakanlah keluarganya… Luaskan rezekinya seluas lautan… Mudahkan segala urusannya… Kabulkan cita-citanya… Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji… Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar. Aamiin ya Rabbal'alamin.
¤ Muliakanlah orangnya… Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan... Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya… Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah… Yang laki2 entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid… Bahagiakanlah keluarganya… Luaskan rezekinya seluas lautan… Mudahkan segala urusannya… Kabulkan cita-citanya… Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji… Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar. Aamiin ya Rabbal'alamin.
“Bila kau tak tahan lelahnya belajar maka kau harus tahan
menanggung perihnya kebodohan” (Imam Syafi’i)